Penyakit Jantung Katup
Jantung memiliki empat ruangan, 2 ruangan kecil di atas (atrium) dan 2 ruangan besar di bawah (ventrikel).
Setiap ventrikel memiliki satu katup masuk searah dan satu katup keluar searah.
Katup trikuspidalis membuka dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan, dan katuppulmonalis membuka dari ventrikel kanan ke dalam arteri pulmonalis.
Katup mitral membuka dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri, dan katup aortamembuka dari ventrikel kiri ke dalam aorta.
Katup-katup jantung bisa mengalami kelainan fungsi baik karena kebocoran (regurgitasi katup) atau karena kegagalan membuka secara adekuat (stenosis katup).
Keduanya dapat mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah.
Kadang-kadang satu katup mempunyai kedua masalah tersebut.
Beberapa jenis kelainan katup jantung:
1. Regurgitasi Katup Mittral
2. Prolaps Katup Mitral
3. Stenosis Katup Mitral
4. Regurgitasi Katup Aorta
5. Stenosis Katup Aorta
6. Regurgitasi Katup Trikuspidalis
7. Stenosis Katup Trikuspidalis
8. Stenosis Katup Pulmoner.
STENOSIS PULMONAL
1. Definisi
Kelainan pada katup semilunar pulmonalis yang tidak bisa membuka sempurna.
2. Etiologi
Stenosis pulmonal dapat disebabkan kelainan pulmonal dan didapat.
Kelainan didapat : reumatik jantung, maligna circinoid tumor endokarditis, miksoma, sarkoma.
Kelainan
kongenital : tak terbentuknya katup pulmonal, atresia pulmonal dengan
septum yang intak, stenosis pulmonal dengan septum ventrikel yang intak,
defek septum ventrikel dengan obstruksi jalan keluar ventrikel kanan,
transposisi arteri besar yang sempurna.
3. patofisiologi
Stenosis
pulmonal dengan septum ventrikuler intak bisa disebabkan oleh stenosis
vaskuler, infundibular, atau keduanya. Obstruksi infundibular disebabkan
oleh jaringan fibrosa yang seakan mengikat atau oleh hipertrofi
otot.secara normal lubang katup pulmo 0,5 cm dan akan membesar seiring
pertumbuhan badan. Sebagai akibat stenosis derajat ringan,sedang dan
berat terjadi perbedaan tekanan fase sistole antara ventrikel kanan dan
a.pulmonalis. gangguan hemodinamik biasanya terjadi kalau obstruksi
katup pulmo sudah mencapai 60% atau lebih. Pasien dengan perbedaan
tekanan puncak pada saat istirahat kurang dari 50 mmhg termasuk stenosis
ringan, antara 50 – 100 mmhg termasuk stenosis sedang dan
diatas 100 mmhg termasuk stenosis berat. Pada stenosis berat ventrikel
mengalami gagal jantung sehingga isi sekuncup turun walaupun pada saat
istirahat. Keadaan ini diikuti dengan kenaikan baik tekanan akhir distole ventrikel
dan tekanan rata-rata atrium kanan. Sebaliknya pada pasien dengan
stenosis ringan dan sedang tekanan sistole ventrikel kanan bisa tidak
berubah dengan pertumbuhan anak bertahun-tahun.
4. Manifestasi klinis
Penyakit jantung kongenital dengan akibat obstruksi dan regurgitasi umunya gejalanya sama dengan penyakit jantung didapat. Walaupun
demikian pada penyakit jantung kongenital ada beberapa tanda khas yang
harus diperhatikan diantaranya isi sekuncup normal pada istirahat, akan
tetapi pada saat olah raga mengalami gangguan.
Stenosis
ringan dan sedang hampir tidak ditemukan gejala. Bahkan pasien dengan
stenosis berat tanpa ada gejala. Kalau ada gejala biasanya berupa
dyspnoe d’effort, rasa lelah berlebih. Kedua keluhan ini sehubungan
dengan kenaikan isi sekuncup yang tidak adequat pada saat olah raga. Tak
ada keluhan ortopnea karena tekanan vena pulmo normal pada stenosis
pulmo. Gagal jantung kanan bisa terjadi pada stenosis berat, sinkop bisa
terjadi tapi kematian mendadak tidak terjadi, nyeri dada .
5. Pemeriksaan penunjang
Vaskuler paru perifer normal,a.pulmonalis tampak membesar akibat dilatasi pasca stenosis.
Pada
stenosis pulmo sering abnormal dengan penurunan volume, jalan udara dan
kapasitas difusi paru yang sangat mungkin disebabkan ketidaksempurnaan
perkembangan paru pada anak-anak
Menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan
- Radioisotop dan radioangiografi
Melihat ada atau tidak pintasan dari kiri ke kanan
- Kateterisasi dan angiografi
Dapat mengukur perbedaan tekanan sistole melalui katup pulmo, menentukan lebar katup pulmo yang mengalami stenosis
6. Pengobatan
Stenosis
ringan dan sedang dapat dikelola tanpa operasi. Pada pasien yang
membutuhkan operasi deberikan antibiotik profilaksis. Pada stenosis
berat dapat dilakukan valvulotomi.
STENOSIS AORTA
Penyempitan Orifisium Aorta jantung atau aorta dekat katup.
2. Etiologi :
Stenosis
Katup Aorta bisa timbul akibat bermacam-macam keadaan. Kelainan
kongenital, seperti katup aorta bikuspid dengan lubang yang kecil serta
katup aorta unikuspid, biasanya menimbulkan gejala-gajala dini.
Kadang-kadang kelainan inibaru terlihat pada usia dewasa. Pada orang
lebih tua penyakit jantung rematik serta perkapuran merupakan penyebab
tersering.
3. Patogenesis :
Hambatan aliran darah di katup aorta (progressive pressure overload of left ventricle
akibat stenosis aorta) akan merangsang mekanisme RAA
(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard
hipertrofi.
Penambahan
massa otot ventrikel kiri ini akan meningkatkan tekanan intraventrikel
agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress berdasarkan rumus laplace : Stress = (pressure x radius) : 2x thickness.
Namun bila tahanan aorta bertambah, maka hipertrofi akan berkembang
menjadi patologik dengan gejala sinkop, iskemia sub-endokard yang
menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung
kongestif).
4. Patofisiologi :
Stenosis
aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu
sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi
ventrikel, maka beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai
akibatnya ventrikel kiri menjadi hipertrofi agar dapat menghasilkan
tekanan yang lebih tinggi untuk mempertahankan perfusi perifer; hal ini
menyebabkan timbulnya selisih tekanan yang mencolok antara ventrikel
kiri dan aorta. Hipertrofi mengurangi daya regang dinding ventrikel, dan
dinding relatif menjadi kaku. Jadi meskipun curah jantung dan volume
ventrikel dapat dipertahankan dalam batas-batas normal, tekanan akhir
diastolik ventrikel akan sedikit meningkat.
Ventrikel
kiri mempunyai cadangan daya pompa yng cukup besar. Misalnya, ventrikel
kiri yang dalam keadaan normal menghasilkan tekanan sistolik sebesar
120 mmhg, dapat meningkatkan tekanan itu menjadi 300 mmhg selama
kontraksi ventrikel. Untuk mengkompensasi dan mempertahankan curah
jantung, ventrikel kiri tidak hanya memperbesar tekanan tetapi juga
memperpanjang waktu ejeksi. Oleh karena itu, meskipun terjadi
penyempitan progresif pada orifisium aorta yang menyebabkan peningkatan
kerja ventrikel, efisiensi mekanis jantung masih dapat dipertahankan
dalam waktu lama. Namun, akhirnya kemampuan ventrikel kiri untuk
menyesuaikan diri terlampaui. Timbul gejala-gejala progresif yang
mendahului titik kritis dalam perjalanan stenosis aorta. Titik kritis
pada stenosis aorta adalah bila lumen katup aorta mengecil dari ukuran
3-4 cm2 menjadi kurang dari 0,8 cm2. biasanya tidak terdapat perbedaan tekanan pada kedua sisi ktup sampai ukuran lumen berkurang menjadi 50%.
5. Diagnosis :
Trias gejala khas yang berkaitan dengan stenosis aorta :
1. Angina,
2. Sinkop, dan
3. Kegagalan ventrikel kiri.
Apabila diabaikan, gejala-gejala ini menandakan prognosis yang buruk dengan kemungkinan hidup rata-rata kurng dari lima tahun. Kegagalan ventrikel kiri
merupakan indikasi dekompensasi jantung. Angina ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen miokardium;
kebutuhan oksigen meningkat karena hipertrofi dan peningkatan kerja
miokardium, sedangkan penyediaan oksigen kemungkinan besar berkurang
karena penekanan sistolik yang kuat pada arteri koronaria oleh otot yang
hipertrofi. Selain itu, pada hipertrofi miokardium terdapat penurunan
perbandingan kapiler terhadap serabut otot. Oleh karena itu jarak difusi
oksigen bertambah dan hal ini agaknya mengurangi persediaan oksigen
miokardium. Lapisan subendokardial ventrikel kiri merupakan lapisan yang
paling rentan. Sinkop terjadi terutama saat beraktivitas akibat aritmia
atau kegagalan untuk meningkatkan curah jantung yang memadai untuk
mempertahankan perfusi otak.
Kegagalan
ventrikel progresif mengganggu pengosongan ventrikel. Curah jantung
menurun dan volume ventrikel bertambah. Akibatnya ventrikel mengalami
dilatasi dan kadang-kadang disertai regurgitasi fungsional katup
mitralis. Stenosis aorta lanjut dapat disertai kongesti paru-paru berat.
Kegagalan
ventrikel kanan dan kongesti vena sistemik merupakan petunjuk bahwa
penyakit berada dalam stadium akhir. Stenosis aorta biasanya tidak
berkembang sampai stadium ini. Jarangnya terjadi kegagalan jantung kanan
pada keadaan ini kemungkinan akibat tingginya angka kematian akibat
gagal jantung kiri yang terjadi dalam perjalanan penyakit yang lebih
awal.
Selain
itu, terdapat insiden kemtian mendadak yang tinggi pada penderita
stenosis aorta berat. Patogenesis kematian mendadak ini msih
kontroversial, tetapi biasanya dicetuskan oleh kerja berat.
6. Pemeriksaan :
Tanda-tanda yang menonjol pada stenosis aorta berat adalah sebagai berikut :
Bising ejeksi sistolik; pemisahan bunyi jantung kedua yang paradoksal.
Alat
pilihan untuk menilai mobilitas daun katup, ketebalan katup,
kalsifikasi pada katup, penyatuan subvalvular, perkiraan daerah katup,
dan tampilan komisura.
Terdapat
tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri, peningkatan voltase QRS, serta
vektor T terletak 180 dari vektor QRS. Juga dapat terdapat gambaran
kelainan atrium kiri (hipertrofi ventrikrl kiri; cacat hantaran).
Dilatasi
pasca stenosis pada aorta asendens (akibat trauma lokal ejeksi darah
bertekanan tinggi yang mengenai dinding aorta); kalsifikasi katup
(paling baik diamati dari lateral atau oblik).
Perbedaan
tekanan aorta yang bermakna (50 sampai 100 mmhg); peningkatan tekanan
diastolik akhir ventrikel kiri; pengisian karotis yang tertunda.
Tujuan
kateterisasi ini menegaskan adanya stenosis katup aorta, mengukur berat
ringannya, serta menyingkirkan atau mengenali penyakit jantung lainnya,
terutama penyakit koroner. Penurunan diameter orifisium lebih dari 75%
sehingga lubang kurang dari 0,8 cm2 memungkinkan terjadinya gangguan aliran dan curah jantung yang nyata.
Derajat stenosis ini biasanya disertai perbedaan tekanan sistolik aorta-ventrikel kiri melebihi 50 mmhg.
Perbedaan
tersebut mesti dihubungkan dengan curah jantung, misalnya perbedaan 30
mmhg sangat bermakna pada curah jantung rendah. Angiografi kuantitatif
memberikan gambaran ukuran volume akhir diastolik dan akhir sistolik,
fraksi ejeksi dan massa ventrikel kiri.
Arteriografi
koroner pada stenosis aorta dewasa menunjukkan prevalensi 50%
aterosklerosis tanpa angina. Jika terdapat penyakit obstruksi koroner
pada stenosis aorta, bedah koroner mungkin diperlukan, dikerjakan
sewaktu operasi katup.
7. Tata Laksana :
Pasien
dengan stenosis aorta harus diterapi secara profilaksis untuk
pencegahan endokarditis bakterialis. Gagal jantung diterapi dengan
digitalis dan diuretik. Pengobatan untuk menurunkan beban awal dan beban
akhir harus dilakukan secara hati-hati. Angina diterapi dengan nitrat.
Pasien
dengan gejala-gejala akibat stenosis aorta membutuhkan tindakan
operatif. Pasien tanpa gejala membutuhkan penanganan yang sangat
hati-hati serta follow- up untuk menentukan kapan bedh harus dilakukan.
Penanganan
stenosis dengan pelebaran katup aorta memakai balon masih diteliti.
Pasien-pasien yang dipilih adalah pasien yang tidak memungkinkan
dilakukan penggantian katup karena usia, adanya penyakit lain yang
berat, atau menunjukkan gejala yang berat. Pasien-pasien dengan gradien
sistolik 75 mmhg harus dioperasi walaupun tanpa gejala. Pasien tanpa
gejala tapi perbedaan tekanan sistolik kurang dari 75 mmhg harus
dikontrol setiap 6 bulan. Tindakan operatif harus dilaksanakan bila
pasien menunjukkan gejala, terjadi pembesaran jantung, peningkatan
perbedaan tekanan sistolik aorta yang diukur dengan teknik Doppler. Pada
pasien muda bisa dilakukan valvulotomi aorta, sedang pasie lebih tua
membutukhan penggantian katup. Risiko operasi valvulotomi sangat kecil,
2% pada penggantian katup dan resiko meningkat menjadi 4% bila disertai
bedah pintas koroner.
Pada
pembesaran jantung dengan gagal jantung, risiko naik jadi 4-8%. Pada
pasien muda yang tidak bisa dilakukan valvuloktomi, penggantian katup
perlu dilakukan memakai katup sintesis. Ahli bedah bisa menggunakan
katup jaringan (porsin/perikardial) untuk pasien-pasien lebih tua.
Keuntungan katup jaringan ini adalah kemungkinan tromboemboli jarang,
tidak diperlukan anti koagulan, dan perburukan biasanya lebih lambat
dibandingkan bila dipakai katup sintesis.
8. Prognosis :
Survival rate 10
tahun pasien pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan
rata-rata 30% katup artifisial bioprotesis mengalami gangguan setelah 10
tahun dan memerlukan operasi ulang. Katup metal artifisial harus
dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegh trombus dan embolisasi.
Sebanyak 30% pasien ini akan mengalami komplikasi perdarahan
ringan-berat akibat terapi tersebut. Valvuloplasti aorta perkutan dengan
balon dapat dilakukan pada pasien anak atau anak muda dengan AS
kongenital non-kalsifikasi. Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,
tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi.
INSUFISIENSI AORTA
1. Definisi :
Gangguan fungsi katup aorta, disertai dengan penutupan tidak sempurna yang menimbulkan regurgitasi aorta.
2. Etiologi :
Penyebab
insufisiensi atau regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat
terjadi dalam 2 macam kelainan artifisial yaitu :
Ø Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemuka pada :
à Penyakit kolagen
à Aortitis sifilitika
à Diseksi aorta
Ø Penyakit katup artifisial :
à Penyakit jantung reumatik
à Endokarditis bakterialis
à Aorta artificial congenital
à Ventricular septal defect (VSD)
à Ruptur traumatik
à Aortic left ventricular tunnel
Ø Genetik :
à Sindrom marfan
à Mukopolisakaridosis
3. Patofisiologi :
Dilatasi
ventrikel merupakan kompensasi utama pada regurgitasi aorta, bertujuan
untuk mempertahankan curah jantung disertai peninggian tekanan
artifisial ventrikel kiri. Pada saat aktivits, denyut jantung dan
resistensi vaskular perifer menurun sehingga curah jantung bisa
terpenuhi.
Pada tahap lanjut, tekanan atrium kiri, pulmonary wedge pressure, arteri pulmonal, ventrikel kanan dan atrium kanan meningkat sedangkan curah jantung menurun walaupun pada waktu istirahat.
4. Diagnosis :
Gejala-gejala
awal adalah rasa lelah, sesak napas saat beraktivitas, dan palpitasi.
Mungkin juga terdapat angina dengan hipertrofi venrtrikel kiri dan
tekanan diastolik yang rendah, yng berturut-turut meningkatkan kebutuhan
oksigen dan menurunkn suplai oksigen. Namun nyeri substernum yang tidak
berhubungan dengan iskemia miokardium juga sering terjadi. Gagal
jantung mencetuskan perjalanan klinis yang makin buruk dengan menurunnya
curah jantung dan meningkatkan volume ventrikel, disertai aliran
retrrogad atrium kiri dan kongesti paru-paru.
5. Pemeriksaan :
Tanda-tanda berikut ini berkaitan dengan regurgitasi aorta kronis :
a. Auskultasi :
Bising diastolik; bising Austin Flint yang khas atau bising diastolik yang kasar; systolicejection click disebabkan oleh peningkatan volume ejeksi.
b. Elektrokardiogram :
Hipertrofi ventrikel kiri
c. Radiografi Dada :
Pembesaran ventrikel kiri; dilatasi aorta proksimal
d. Temuan Hemodinamik :
Pengisian
dan pengosongan denyut arteri yang cepat; tekanan nadi melebar disertai
penungkatan tekanan sistemik dan penurunan tekanan diastolik.
e. Kateterisasi jantung :
Ventrikel kiri tampak opak selama penyuntikan bahan kontras ke dalam pangkal aorta.
6. Terapi :
Harus
diberikan terap profilaksis untuk endokarditis bakterialis. Gagal
jantung diobati dengan digitalis, diuretik, serta vasodilator seperti
hidralasin, penghambat ACE atau dan nitrat, untuk menurunkan beban
akhir.
Ø Indikasi Operasi :
Penderita
insufisiensi kronik berat dengan gejala dianjurkan untuk operasi.
Penderita tanpa gejala tetapi dengan disfungsi ventrikel kiri yang jelas
saat istirahat pada pemeriksaan ventrikulografi Tc 99 m, ekokardiografi
dan angiografi harus dianjurkan untuk operasi. Penderita dengan ejeksi
fraksi tidak meningkat saat kerja juga masuk kategori yang sama dan
biasanya butuh operasi walaupun bisa ditunda operasinya.
Insufisiensi
akut biasanya timbul akibat endokarditis bakterialis, diseksi aorta,
atau ruptur katup miksomatosa. Tindakan operatif biasanya perlu
dilakukan untuk mencegah kematian akibat edem paru.
Walaupun destruksi daun-daun katup biasanya merupakan masalah utama pada
endokarditis yang menjadi penyebab insufisiensi akut. Pembentukan
fistel juga dapat timbul akibat infeksi di aorta. Kadang-kadang pada
diseksi, katup buatan tidak diperlukan saat aorta diperbaiki.
Ø Tindakan Bedah:
Pilihan
untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan,
indikasikontra untuk koagulan, serta lamanya umur katup. Penderita
dengan katup jaringan, baik porsin atau miokardial, mungkin tidak
membutuhkan penggunaan antikoagulan jangka panjang.
Bagaimanapun
juga, umur katup ini barangkli lebih pendek daripada katup buatan.
Risiko operasi kurang lebih 2% pada penderita insufisiensi kronik sedang
dengan arteri koroner normal. Sedangkan risiko operasi pada penderita
insufisiensi berat dengan gagal jantung, dan pada penderita penyakit
arteri, bervariasi antara 4-10%. Dapat juga lebih besar, tergantung
keadaan klinis penderita tersebut. Hasil akhir tergantung pada fungsi
ventrikel kiri saat operasi, tetapi juga tergantung dari etiologi
penyakit.
Penderita harus dianjurkan untuk mendapat antibiotik profilaksis untuk endokarditis setelah operasi.
Penderita
dengan katup buatan mekanis harus mendapat terapi antikogulan jangka
panjang. Pasien harus dipantau secara berkala untuk mendeteksi
kemunduran diri dari fungsi katup.
7. Prognosis :
Tujuh
puluh persen penderita dengan insufisiensi aorta kronis mampu bertahan 5
tahun, sedang 50% mampu bertahan 10 tahun setelah diagnosis ditegakkan.
Penderita dengan insufisiensi aorta yang jelas mampu hidup secara
normal, tetapi mudah terkena endokarditis infektif. Jika timbul gagal
jantung, bisa bertahan 2 tahun, dan setelah timbul angina biasanya
bertahan 5 tahun.
Penderita dengan fraksi ejeksi prabedah 45% dan indeks jantung lebih besar dari 2,5 liter/menit/m2
mampu bertahan hidup lebih lama setelah operasi daripada penderita
dengan fraksi ejeksi kurang dari 45% dan indeks jantung kurang dari 2,5
liter/menit/m2.
Penderita dengan insufisiensi aorta akut dan edema paru, prognosisnya buruk, biasanya harus dilakukan operasi.
1. Definisi
Stenosis Katup Mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kiri. Kemungkinan diakibatkan karena adanya perubahan struktur mitral
leaflets, yang menyebabkan tidak membukanya katup mitral secara sempurna
pada saat diastolic.
2. Etiologi
Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik,
yang pada saat ini sudah jarang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa
Barat. Karena itu di wilayah tersebut, stenosis katup mitral terjadi
terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada masa
kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di bagian dunia
lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup
mitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian bergabung menjadi satu.
Di
samping atas dasar penyakit jantung rematik, masih ada beberapa keadaan
yang dapat memperlihatkan gejala-gejala seperti stenosis mitral,
misalnya miksoma atrium kiri bersamaan dengan ASD (atrium septal defek)
seperti pada sindrom Lutembacher, ball valve thrombi pada atrium kiri.
Stenosis katup mitral juga bisa merupakan suatu kelainan bawaan. Bayi
yang lahir dengan kelainan ini jarang bisa bertahan hidup lebih dari 2
tahun, kecuali jika telah menjalani pembedahan. Miksoma (tumor
jinak di atrium kiri) atau bekuan darah dapat menyumbat aliran darah
ketika melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti
stenosis katup mitral.
Perubahan Anatomis pada stenosis mitral dapat terjadi pada:
1. Komisura, menyebabkan saling mendekat satu sama lain dan bentuknya akan berubah.
2. Cups, daun katup, menjadi menebal serta berubah ke arah jaringan fibrosa.
3. Chordae tendinea menebal, memendek serta dapat salng melekat.
Perubahan
anatomis ini dapat berdiri sendiri namun juga bisa dalam kombinasi,
sekitar 50% stenosis mitral merupakan kelaianan struktur campuran,
misalnya pada komisura dan cups. Komisura saja 30%. Cups menebal 15% dan
chordate 10%.
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, luas pembukaan katup mitral berkisar antara 4-6 cm2. Apabila luas pembukaannya ternyata hanya 2 cm2
(mild stenosis), maka sudah mulai timbul perubahan hemodinamik, di mana
daerah dari atrium kiri hanya dapat masuk ke ventrikel kiri, apabila
didorong oleh pressure gradient yang abnormal. Apabila kurang dari 1 cm2,
maka sudah termasuk dalam kategori stenosis berat dan diperlukan
pressure gradient sebesar 20 mmHg agar dapat mempertahankan aliran darah
sehingga curah jantung tetap adekuat pada saat istirahat. Peninggian
tekanan atrium kiri tentu akan diteruskan ke vena pulmonal, sehingga
tekanan pada vena pulmonal juga akan ikut meninggi yang bisa berakibat
terjadinya edema pulmo.
Karena
peninggian tekanan ini, lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya
penebalan lapisan intima dan media arteriol. Hal ini dapat berakibat
peninggian tahanan paru yang menyebabkan beban pernafasan akan
bertambah. Peninggian tekanan pada vena pulmonal dan kapiler secara
pasif juga akan diteruskan ke system arteri pumonal, yang dapat
menimbulkan hipertensi pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan dan dilatasi
ventrikel kanan.
4. Gejala Klinis
Jika
stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah
di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner).
Jika seorang wanita dengan stenosis katup mitral yang berat hamil,
gagal jantung akan berkembang dengan cepat. Penderita yang mengalami
gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan sesak nafas. Pada awalnya,
sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas, tetapi lama-lama
sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat. Sebagian penderita akan
merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah
bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa
seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena
paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi
perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri
bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur
5. Pemeriksaan Dan Diagnosis
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar murmur
jantung yang khas ketika darah mengalir/menyembur melalui katup yang
menyempit dari atrium kiri. Tidak seperti katup normal yang membuka
tanpa suara, pada kelainan ini katup sering menimbulkan bunyi gemertak
ketika membuka untuk mengalirkan darah ke dalam ventrikel kiri. Diagnosis biasanya diperkuat dengan pemeriksaan:
- Elektrokardiografi
- rontgen dada (menunjukkan pembesaran atrium)
- ekokardiografi (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan gelombang ultrasonik).
Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya.
6. Penatalaksanaan Dan Terapi
Obat-obat seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung, digoxin juga akan memperkuat denyut jantung. Diuretik
dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru dengan cara mengurangi
volume sirkulasi darah. Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala
secara memuaskan, mungkin perlu dilakukan perbaikan atau penggantian
katup. Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang katup
diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan
melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon
digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu. Pemisahan
daun katup yang menyatu juga bisa dilakukan melalui pembedahan. Jika
kerusakan katupnya terlalu parah, bisa diganti dengan katup mekanik atau
katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Sebelum menjalani berbagai
tindakan operasi atau pembedahan, kepada penderita diberikan antibiotik
pencegahan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi katup jantung.
1. Definisi
adalah kebocoran aliran balik melalui katup mitral setiap kali ventrikel kiri berkontraksi. Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari jantung menuju ke aorta, sebagian darah mengalir kembali ke dalam atrium
kiri dan menyebabkan meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri.
Terjadi peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari
paru-paru, yang mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti di dalam paru-paru.
2. Etiologi
Dulu demam rematik
menjadi penyebab utama dari regurgitasi katup mitral. Lebih sring
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Tetapi saat ini, di
negara-negara yang memiliki obat-obat pencegahan yang baik, demam
rematik jarang terjadi. Misalnya di Amerika Utara dan Eropa Barat,
penggunaan antibiotik untuk strep throat (infeksi tenggorokan
karena streptokokus), bisa mencegah timbulnya demam rematik. Di wilayah
tersebut, demam rematik merupakan penyebab umum dari regurgitasi katup
mitral, yang terjadi hanya pada usia lanjut, yang pada masa mudanya
tidak memperoleh antibiotik. Di negara-negara yang memiliki kedokteran
pencegahan yang jelek, demam rematik masih sering terjadi dan merupakan
penyebab umum dari regurgitasi katup mitral. Di Amerika Utara dan Eropa
Barat, penyebab yang lebih sering adalah serangan jantung, yang dapat
merusak struktur penyangga dari katup mitral.
Di
samping etiologi penyakit jantung rematik, masih ada beberapa
insufisiensi mitral atas dasar etiologi yang lain. Perubahan struktur
yang terdapat pada regurgitasi, bisa saja terjadi pada annulus mitral,
daun katup, chodae tendinea dan muskulus papillaris. Abnormalitas ini
bisa saja timbul hanya pada satu aspek struktur, tetapi dapat juga
merupakan kombinasi seperti halnya stenosis mitral. Penyebab umum
lainnya adalah degenerasi miksomatous (suatu keadaan dimana katup secara bertahap menjadi terkulai/terkelepai).
3. Patofisiologi
Pada
saat sistolik ventrikel, di samping darah masuk ke aorta, juga sebagian
kembali ke atrium kiri. Walaupun demikian output ventrikel kiri ke
aorta harus dipertahankan secara optimal dengan mekanisme kompensasi,
ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat, sampi timbul dekompensasi.
Akhirnya ventrikel kiri akan berdilatasi juga sebagai akibat volum darah
yang masuk dari atrium kiri pada saat sistolik. Dilatasi atrium kiri
tidak selalu disertai peninggian tekanan pada atrium kiri.
Konsekuensi
lain dilatasi atrium kiri ialah regurgitasi akan semakin banyak, timbul
hipertensi vena pulmonal secara pasif dan selanjutnya reaktif
hipertensi arteri pulmonal sebagaimana terjadi pada stenosis mitral,
walau terjadinya jarang dan secara klinis lebih ringan dibandingka
dengan stenosis mitral. Hipertensi pulmonal dapat menimbulkan hipertrofi
dan dilatasi ventrikel kanan pada beberapa kasus. Edema pulmo jarang
timbul karena regurgitasi mitral. Fibrilasi atrium dapat juga terjadi
sebagaimana biasanya terdapat pada regurgitasi yang sudah lama dan
biasanya secara klinis ringan.
4. Gejala Klinis
Regurgitasi
katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala. Kelainannya
bisa dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan dengan stetoskop, dimana terdengar murmur
yang khas, yang disebabkan pengaliran kembali darah ke dalam atrium
kiri ketika ventrikel kanan berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel
kiri akan membesar untuk meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena
ventrikel kiri harus memompa darah lebih banyak untuk mengimbangi
kebocoran balik ke atrium kiri. Ventrikel yang membesar dapat
menyebabkan palpitasi ( jantung berdebar keras), terutama jika
penderita berbaring miring ke kiri. Atrium kiri juga cenderung membesar
untuk menampung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel
kiri. Atrium yang sangat membesar sering berdenyut sangat cepat dalam
pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi atrium), yang
menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung. Pada keadaan ini
atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa
Berkurangnya
aliran darah yang melalui atrium, memungkinkan terbentuknya bekuan
darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan terpompa keluar dari
jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi stroke atau kerusakan lainnya. Regurgitasi yang berat akan menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga terjadi gagal jantung, yang akan menyebabkan batuk, sesak nafas pada saat melakukan aktivitas dan pembengkakan tungkai.
5. Pemeriksaan dan Diagnosis
Regurgitasi
katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang khas, yang bisa
terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika ventrikel kiri
berkontraksi. Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri.
Pemeriksaan yang paling informatif adalah ekokardiografi,
yaitu suatu tehnik penggambaran yang menggunakan gelombang ultrasonik.
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan katup yang rusak dan menentukan
beratnya penyakit.
6. Penatalaksanaan dan Terapi
Jika
penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum
ventrikel kiri menjadi sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak
dapat diatasi. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki
katup (valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup mekanik
maupun katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup
bisa menghilangkan regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat
ditolerir dan kerusakan jantung dapat dicegah. Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian.
Katup
mekanik biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko
pembentukan bekuan darah, sehingga biasanya untuk mengurangi resiko
tersebut diberikan antikoagulan. Katup babi bekerja dengan baik dan
tidak memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu
bertahan selama katup mekanik.
Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti. Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi. Permukaan katup jantung yang rusak mudah terkena infeksi serius (endokarditis infeksius).
Karena itu untuk mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup
yang rusak atau katup buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum
menjalani tindakan pembedahan.
sumber : http://kampus-kedokteran.blogspot.com/2011/10/kelainan-jantung-stenosis-insufisiensi.html